PIDIE JAYA, KabarXXI.Com - Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Jaya (Pijay) akan memperioritaskan dukungan penuh pada Program Kedaulatan Pangan Nasional pada tahun anggaran 2019, yaitu Padi, Jagung, Bawang Merah dan Cabe Merah. 

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas terkait pada siaran pers di kantornya, Jumat, 01 Februari 2019.

Siaran pers yang dihadiri puluhan wartawan Pidie Jaya, yang mencakup media elektronik (online dan tv), media cetak (koran dan tabloid), juga dihadiri Sekretaris, Kabid dan Kasi dari Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Jaya. 

Pertemuan tersebut mengupas beberapa program pertanian yang sudah dilaksanakan, juga membahas rancangan yang akan dilaksankan pada tahun 2019 ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpang) Pidie Jaya, drh. Muzzakir Muhammad, yang akrab disapa Muzzakir mengawali pembicaraan hasil program kerja 5 tahun ke belakang yang ditampilkan melalui video tron dan penjelasan langsung dari Kadis.

Sejak awal priode pengangkatannya sebagai Kadis Distanpang Pijay, ia telah berusaha mempriotaskan pada pemanfa'atan lahan tidur atau lahan kering untuk digunakan menanam palawija, selain tanaman pangan pokok padi. 

Plawija dimaksud seperti Ubi Kayu, Kacang Kedelai, Tomat, Cabe, Bawang Merah dan Jagung pakan ternak.


"Pemanfaatan lahan tidur atau lahan kering untuk menanam tanaman selain padi telah kita programkan disertai bantuan dari dinas walau tidak memuaskan petani, namun yang intinya kita tetap perhatikan terkait sarana dan prasarana pertanian seperti benih (bibit unggul), pupuk dan pengairan (air). Alhamdulillah petani pun sudah melakukannya seperti tanaman Ubi Kayu, Kacang Kedelai, Cabe Merah dan Jagung, walau tidak semua jenis tanaman dimaksud mendapat hasil panen yang memuaskan," ucap Muzzakir.

Masih kata Muzzakir, ketidak-berhasilan (tidak memuaskan) tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya, iklim (curah hujan) yang tidak sesuai dan juga benih yang disediakan pemerintah bukan bibit yang standar alias terjamin hasilnya, walau benih itu benih unggul.

"Solusinya, kita harapkan ke depan pemerintah pusat akan menyediakan benih unggul yang benar-benar berkwalitas baik, seperti Jagung Hibrida Pioner 32, yang hasil panennya telah teruji oleh petani kita," imbuh Muzzakir.

Selain kendala dari benih yang di bawah standar, pupuk juga salah satu persoalan, dimana pupuk bantuan subsidi memang masih sangat kekurangan disebabkan penyediaan pupuk bersubsidi di Pidie Jaya masih memakai ukuran luas lahan pertanian, yang seharusnya digunakan bukan luas lahan tetapi luas tanam.

"Sebagai contoh, Pidie Jaya memiliki lahan pertanian dengan luas 8.873 hektar, sementara pupuk bersubsidi yang didisribusikan ke Pijay 5.970/tahun. Angka ini memang sudah cocok dengan luas lahan tersebut dalam sekali tanam (satu tahun). Tapi karena satu tahun kita menanam 2 kali, maka pupuk tersebut tentu tidak cukup, apalagi jika kita tanam 3 kali pada saat pergantian tanamam padi kepada tanaman lain seperti, jagung, semangka dan lain-lain. Ya jelas pupuk kita tidak cukup. Yang seharusnya minimal dua kali 5.970 ton yaitu 11.170 ton per tahun, baru cocok dan ideal. Belum lagi jika ada kios-kios penyalur yang nakal, yang sengaja menjual pupuk bersubsidi ke pengusaha perkebunan atau petani di luar Pidie Jaya dengan pertimbangan laba pemilik kios," jelas Muzzakir.


Faktor lain yang sangat terpukul para petani adalah ketika harga pemasaran yang anjlok tanpa tanggapan cepat dari pemerintah tentu akan membuat petani kecewa. 

Di sinilah peran aktif Dinas Industri Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) harus mencari solusi yang tepat, agar harga hasil tani bisa normal.

"Seperti halnya harga cabe merah yang selama ini sampai anjlok menjadi Rp 6000/kg, seyogyanya pihak pemerintah melalui Dinas Perdagangan secepatnya mencari solusi supaya harga di pasar harus stabil. Dinas Pertanian mengelola Pertanian supaya produksi Pertanian stabil dan Dinas Perdagangan mengelola hasil Pertanian untuk penstabilan harga pemasaran. Ini kan ideal. Kalau mulai menanam sampai pemasaran dikelola Dinas Pertanian, ya kami jadi bingunglah. Udah kita prioritaskan mulai dari benih, pupuk dan sebagainya, eh malah kita lagi yang memikirkan soal pemasaran, ya jelas kami kewalahan," terang Muzzakir.

"Untuk itu, dalam menggalakkan Program Pangan Nasional tahun ini, selain kita akan prioritaskan pada empat jenis tanaman yang telah teruji memang cocok di Pidie Jaya yaitu, Padi, Jagung, Bawang Merah dan Cabe Merah, kami juga mengharapkan Dinas yang menangani pemasaran juga turun tangan mencari solusi harga, agar petani kita puas mulai menanam sampai pada harga panen, yang tentu akan membuat petani Pidie Jaya lebih sejahtera," tuturnya lagi.

Setelah menjelaskan berbagai kendala yang perlu dibenahi, Muzzakir juga merincikan berbagai hasil dari pertanian yang dapat di golongkan ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari Traktor dan yang dikelola Dinas tersebut. 

Untuk tahun 2018, target PAD sebesar Rp 320.000.000. Hasil realisasi mencapai Rp 323.000.000.

Muzzakir juga menjelaskan, bahwa Pidie Jaya berada di urutan ketiga setelah Pidie dan Bireuen dalam penghasilan terbanyak hasil panen pangan pokok (padi) dalam kategori Provinsi Aceh.

Untuk itu, Muzzakir juga mengharap kerjasama yang baik antara media (pers) dengan pihak dinas perlu ditingkatkan lagi. Sebab dengan adanya kritikan-kritikan sehat dari wartawan akan jadi bahan koreksi bagi dinas terkait demi kecapaian sebuah kemajuan. 

"Kami dari keluarga besar Dinas Pertainian Pidie Jaya sangat mengharap dan menghargai saran-saran serta kritikan yang sehat dari teman-teman wartawan untuk sebuah kemajuan bersama. Kami sadari bahwa kami juga banyak kekurangan-kekurangan dalam mengemban tugas ini, tapi atas kerjasama yang baik dengan rekan pers, tentu jadi bahan perbaikan bagi kami, demi Pidie Jaya dan kesejahteraan masyarakat kita," pungkas Muzzakir. (Ismed)